Entri Populer

Rabu, 05 Februari 2014

Makalah "Membaca Dengan Gaya SAVI"


BAB I
PENDAHULUAN
1.        Latar belakang
 Dewasa ini ada puluhan teknik pengajaran bahasa dilontarkan dan dikenalkan oleh para pakar pendidikan dan pengajaran bahasa, tampaknya elemen dasar pendidikan bahasa secara tradisional tetap tidak dapat dibuang begitu saja. Elemen dasar seperti mendengarkan, berbicara, membaca, menulis dan seringkali juga menerjemahkan, tetap menjadi bagian tidak terpisahkan dalam teknik pengajaran bahasa yang mana saja.
Para guru, instruktur, dosen, dan bahkan guru besar boleh saja menggunakan pendekatan dan teknik terbaru dalam pengajaran bahasa, tetapi tetap saja pengenalan kata, frase, klausa, kalimat, paragraf dan kemudian wacana tidak dapat melepaskan diri dari elemen dasar dan pendekatan tradisional di atas. Begitu juga dengan penilaian yang akan dilakukan untuk menentukan keberhasilan sebuah teknik pembelajaran. Pada dasarnya penilaian yang dilakukan pun tidak dapat dilepaskan dari penilaian empat (atau bahkan lima) faktor di atas.
Bagaimana sebuah pendekatan dapat dikatakan berhasil dan berdaya guna kalau unjuk kerja siswa (atau mahasiswa) yang menggunakan pendekatan tersebut tidak mencerminkan kemampuan dasar dalam ranah kegiatan mendengarkan, berbicara, membaca, menulis?
Berikut ini akan dibicarakan salah satu aspek elemen dasar kegiatan pembelajaran bahasa, khususnya yang berhubungan dengan kegiatan membaca, yaitu membaca menggunakan gaya SAVI
2.        Rumusan masalah
  1. Apa yang dimaksud dengan membaca gaya SAVI?
  2. Bagaimana cara membaca dengan gaya SAVI?
3.        Tujuan
  1. mengetahi apa yang dimaksud dengan membaca gaya SAVI
  2. mengetaui cara membaca dengan menggunakan gaya SAVI















BAB II
KAJIAN TEORI

A.       Pengertian
Membaca dengan gaya SAVI diperkenalkan oleh Meier. Membaca dengan gaya SAVI merupakan cara baru dalam belajar.
SAVI adalah akronim dari Somatis ( bersifat Raga ), Auditori ( bersifat suara ), Visual ( bersifat gambar ), dan Intelektual ( bersifat merenungkan ). Menurut Meier, apabila sebuah pembelajaran dapat melibatkan seluruh unsur SAVI ini, pembelajaran akan berlangsung efektif sekaligus atraktif. Sebagai contoh kasus apabila kita membaca sebuah buku.
Pertama, membaca secara Somatis. Ini berarti bahwa saat membaca, diperlukan melibatkan fisik kita. Membaca akan efektif apabila posisi tubuh kita dalam keadaan yang relaks, tidak tegang. Apabila selama membaca mengalami rasa jenuh, pembaca disarankan mencoba untuk menghentikan proses pembacaan sejenak dan menggerakkan seluruh tubuh. Hal ini bertujuan untuk menyegarkan kembali pikiran dan perasaan kita.
Kedua, membaca dengan cara Auditoris. Membaca auditoris dipakai ketika menemukan kalimat (yang kita baca) yang sulit sekali dicerna, atau, pada saat membaca menemukan baris-baris kalimat yang menarik, tetapi sulit untuk berkonsertrasi untuk memahaminya. Membaca secara auditoris dalam hal ini maksudnya membaca dengan keras kalimat-kalimat tersebut sehingga telinga pembaca itu sendiri mendengar secara jelas. Hal itu dimaksudkan untuk mempercepat dan lebih menambah keakuratan dalan memahami kalimat tersebut.
Ketiga, membaca secara visual. Seorang pakar pendidikan bernama Eric Jensen mengemukakan bahwa benak pembaca akan merasa fun apabila pada saat pertama kali menyerap informasi, benak kita tersebut diberi informasi dalam bentuk Gambar (ikon, symbol, atau ornamen) dan informasi itu memiliki kekayaan warna. Buku yang mampu membuat para pembacanya merasa senang, sebaiknya memang diberi sentuhan visual atau dalam bahasa lain menggunakan bahasa rupa.
Apabila membaca buku-buku yang tanpa gambar, misalnya buku-buku fiksi, kita layak berhenti sejenak untuk membayangkan tokoh-tokoh yang dilukiskan oleh sang pengarang lewat kata-kata. Proses membayangkan ini, jelas, akan mengefektifkan pembacaan buku tersebut. Juga, kadang-kadang ada pengarang buku nonfiksi (ilmiah) yang tidak menyertakan gambar. Pembaca dapat memanfaatkan potensi visual kita untuk menggambarkan sendiri apa-apa yang diuraikan oleh sang pengarang di benak pembaca agar pemahaman pembaca lebih efektif.
Keempat, membaca secara Intelektual. Kata “Intelektual” yang digunakan di dini perlu diberi catatan khusus. Intelektual disini menunjukkan apa yang dilakukan oleh pembelajar dalam pikiran mereka secara internal ketika mereka menggunakan pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai pengalaman tersebut. Intelektual adalah bagian diri yang merenung, mencipta, memecahkan masalah, dan membangun makna.
Dalam proses membaca buku, potensi intelektual ini berkaitan erat dengan menulis. Apabila setiap kali selesai membaca sebuah buku (baik itu hanya satu halaman, satu bab, atau sekian bagian buku) kita lalu berhenti sejenak untuk memberikan catatan-catatan atau merumuskan secara tertulis apa pun yang kita peroleh dari pembacaan tersebut, tentulah kita akan memperoleh manfaat lebih besar ketimbang membiarkan saja materi yang kita baca tanpa proses penulisan.
Teori Meier tersebut dilatar belakangi oleh belajar yang menurutnya akan selalu terhambat jika memisahkan tubuh dan pikiran.
Perumpamaan lain ia kemukakan. Mengapa banyak orang yang mengantuk atau tertidur lelap saat seseorang tengah berceramah? Lemahnya materi ceramah adalah salah satu sisi. Tapi sisi lain yang memberi sumbangan penting, kata Meier, karena peserta ceramah tidak diperbolehkan (atau tidak terbiasa) menggerakkan badan. “Banyak peserta kesulitan berkonsentrasi tanpa melakukan sesuatu secara fisik,” katanya.
“Pemisahan tubuh dan pikiran dalam kebudayaan Barat sangat keliru. Penelitian neurologis telah membongkar keyakinan kebudayaan Barat yang salah bahwa pikiran dan tubuh adalah dua entitas yang berbeda. Temuan mereka menunjukkan bahwa pikiran tersebar ke seluruh tubuh. Tubuh adalah pikiran, begitu juga sebaliknya,” ungkap Meier.
Direktur Center for Accelerated Learning di Lake Geneva, Wisconsin itu menyoroti secara khusus budaya auditori atau budaya mendengar dan melafalkan dengan suara. Mengutip cerita Dr Seuss, penulis Hooray for Diffendoofer Day, Meier mengisahkan salah seorang penjaga perpustakaan paling aneh di kampus Seuss. Tak seperti penjaga perpustakaan pada umumnya yang merasa terganggu dengan suara berisik atau justru memberi larangan berbicara keras saat orang membaca di perpustakaan, nona Loon, penjaga perpustakaan itu, justru melakukan sebaliknya.
“Nona Loon adalah penjaga perpustakaan kami. Dia bersembunyi di balik rak, dan sering berteriak, ‘Bicaralah lebih keras!’ ketika kami sedang membaca dalam hati,” ucap Meier menirukan Seuss. Dalam posisi itu, kata Meier, penjaga perpustakaan itu yakin akan pentingnya mengembalikan cara auditori dalam kegiatan belajar.
B.      Strategi Atau Metode Dalam Menerapkan SAVI
1.      Belajar akan Efektif dalam Keadaan “Fun” (menyenangkan). Secara meyakinkan, kalimat ini tertera pada halaman judul dalam buku The Learning Revolution. Ini mencerminkan keinginan kuat pengarangnya agar kalimat revolusi ini benar-benar diperhatikan dan diterapkan dalam pembelajaran. Apa alasannya? Ada berbagai teori tentang otak manusia. Salah satu teori tentang otak yang banyak dikupas dalam pendidikan adalah apa yang disebut oleh Dave Meier dalam bukunya, The Accelerated Learning Hand Book (Kaifa, 2004), sebagai Teori Otak Triune. Teori ini menyatakan bahwa otak manusia terdiri tiga bagian, yaitu otak reptil, otak tengah (sistim limbik), dan otak berpikir (neokorteks). Jika perasaan pembelajaran (siswa) dalam keadaan positif (gembira, senang), maka pikiran siswa akan “naik tingkat” dari otak tengah ke neokorteks (otak berpikir). Inilah yang dimaksud dengan belajar akan efektif. Sebaliknya, manakala perasaan siswa dalam keadaan negative (tegang, takut) sebagaimana yang dikisahkan pada awal tulisan ini pembelajaran meliteristik maka pikiran siswa akan “turun tingkat” dari otak tengah menuju otak reptile. Pada situasi ini belajar tidak akan berjalan atau berhenti sama sekali.
2.      Belajar adalah Berkreasi, Bukan Mengkonsumsi. Sudah bukan zamannya lagi anak disuapi, tetapi ia harus menciptakan sendiri. Pembelajaran harus berpusat pada siswa, bukan berpusat pada guru. Oleh karena itu, pada saat merancang pembelajaran, guru harus memikirkan apa yang akan dilakukan siswa, bukan apa yang dilakukan guru. Apabila guru masih mempertahankan pembelajaran konsumtif dengan metode unggulannya ceramah, maka kemampuan siswa menurut Winarno Surakhmad (Fasilitator, Edisi I Tahun 2003), akan sedikit lebih tinggi dari kemampuan seekor monyet yang pandai.
3.      Belajar yang Baik itu Bersifat Sosial. Tak perlu diragukan lagi manfaat yang akan dirasakan jika belajar dilakukan dalam kelompok. Berkali-kali riset dilakukan untuk membuktikan keefektifan belajar kelompok. Hasilnya memang selalu menunjukkan bahwa belajar akan lebih berhasil, bahkan keberhasilannya berlipat-lipat, jika dilakukan secara kelompok ketimbang belajar secara individual.
4.      Belajar yang Baik Juga Bersifat Multi Inderawi. Belajar dengan gayanya masing-masing. Kita tidak dapat memaksakan suatu gaya belajar yang bukan gayanya kepada seorang siswa. Setidaknya ada tiga gaya belajar, yaitu gaya visual, gaya auditorial dan gaya kinestik. Dengan melibatkan seluruh indera dalam pembelajaran, semua gaya belajar itu akan terlaksana, maka belajar akan berjalan efektif
5.      Belajar Terbaik dalam Keadaan Alfa. Sebagaimana stasiun pemancar radio atau televisi, otak manusia juga bekerja pada gelombang atau frekuensi tertentu. Ketika kita dalam keadaan terjaga atau sadar penuh, otak bekerja pada gelombang Beta. Manakala kita sedang waspada relaks, otak bekerja pada gelombang Alfa. Otak kita akan bekerja pada gelombang Theta jika kita mengangguk atau hampir tertidur. Dan pada saat tertidur pulas, otak kita bekerja pada frekuensi Delta. Mengapa belajar terbaik itu pada frekuensi Alfa? Karena sebagian besar memori kita disimpan di pikiran bawah sadar. Dan yang dapat menghantarkan memori ke pikiran bawah sadar adalah gelombang Alfa. Lalu bagaimana mencapai kondisi Alfa? Dengan meditasi atau dengan mendengarkan musik.
v      
6.
 
Lewat paradigma-baru membaca buku dengan menganggap buku sebagai makanan kita dapat memperlakukan buku laiknya makanan kesukaan kita. Pertama, agar membaca buku tidak lantas membuat kita mengantuk, pilihlah buku-buku yang memang kita sukai, sebagaimana Anda memilih makanan yang Anda gemari.
v       Cicipilah “kelezatan” sebuah buku sebelum membaca semua halaman. Anda dapat mengenali lebih dahulu siapa pengarang buku tersebut. Atau, Anda bisa bertanya kepada seseorang yang menganjurkan Anda untuk membaca sebuah buku (misalnya guru, orangtua, atau sahabat Anda). Mintalah mereka untuk menunjukkan lebih dahulu hal-hal yang menarik yang ada di buku itu.
v       Bacalah buku secara ngemil (sedikit demi sedikit, laiknya Anda memakan kacang goreng). Apabila Anda bertemu dengan buku ilmiah setebal 300 halaman, ingatlah bahwa tidak semua halaman buku itu harus dibaca. Cari saja halaman-halaman yang menarik dan bermanfaat. Anda dapat ngemil membaca pada pagi hari sebanyak 5 halaman. Nanti, pada sore hari, tambah 10 halaman.

C.      Manfaat Membaca Dengan Gaya SAVI
Gizi membaca buku melebihi ceramah atau hal-hal lain yang diperoleh dari telinga (mendengar) dan mata (melihat). Sebab, hanya lewat membaca bukulah kita mampu menumbuhkan saraf-saraf di kepala kita.
Dan, manfaat lainnya, membaca buku akan membuat seseorang tetap berpikir. Seorang peneliti dari Hanry Ford Health System bernama Dr. C. Edward Coffey, sebagaimana dikutip Hernowo, membuktikan bahwa hanya dengan membaca buku, seseorang akan terhindar dari penyakit demensia.
Demensia adalah nama penyakit yang merusak jaringan otak. Apabila seseorang terserang demensia, dapat dipastikan akan mengalami kepikunan atau (dalam bahasa remaja disebut) “tulalit”.
Menurut penelitian Coffey, pendidikan (salah satu pendidikan termudah adalah membaca buku) dapat menciptakan semacam lapisan penyangga yang melindungi dan mengganti-rugi perubahan otak. Hal itu dibuktikan dengan meneliti struktur otak 320 orang berusia 66 tahun hingga 80 tahun yang tak terkena demensia.
Pada umumnya membaca dengan gaya savi menuntut para pembaca agar:
1)     memahami maksud penulis;
2)     memahami organisasi dasar tulisan;
3)     dapat menilai penyajian penulis/pengarang
4)     dapat menerapkan prinsip-prinsip gaya savi pada bacaan                                    sehari-hari;
5)     meningkatkan minat baca, kemampuan baca;
6)     mengetahui prinsip-prinsip pemilihan metode gaya savi;


D.      Contoh Bacaan  
Kalau kita mengingat serta merenungkan pria dan wanita secara umum dan terpisah dari profesi atau kedudukan mereka, hanya terdapat satu situasi ketika mereka hampir selalu berusaha menaikkan derajat mereka sendiri, yaitu berusaha membaca lebih baik dari yang biasa mereka lakukan. Apabila mereaka sedang berpacaran dan membaca sepucuk surat cinta, mereka membacanya dengan saksama penuh perhatian. Mereka membaca setiap kata dengan tiga cara : mereka membaca antara baris-baris dan dalam margin-margin; mereka membaca keseluruhan yang berkenaan dengan bagian-bagian, dan setiap bagian dipandang dari segi keseluruhan; mereka sangat sensitif terhadap dan kedwimaknaan terhadap sindiran dan pengertian, terhadap insinuasi dan implikasi; mereka memahami serta merasakan warna kata-kata, bau frase-frase, dan bobot kalimat-kalimat. Bahkan mereka mungkin memperhatikan benar-benar tanda baca, maka merakapun membacanya.

Contoh Bacaan Ilmiah
Penggunaan Kamus
  Sekarang kita akan mendemonstrasikan bagaimana cara memanfaatkan buku sumber terbesar dari segalanya yaitu kamus. Pengenalan yang saksama dengan kamus akan memberi keuntungan selama hidup kita. Nyatanya, tidak ada orang terpelajar yang maju dengan baik tanpa kamus.  Kamus adalah rekaman kata-kata yang membangun sesuatu bahasa. Bahasa adalah sesuatu yang hidup, tumbuh, bekembang, dan berubah. Seperti juga halnya bahasa berubah, kamus pun harus berubah; karena kamus tidaklah mendikte, memerintah pemakaian kata-kata, tetapi justru sebaliknya kamus harus mengikutinya. Oleh karena itu, kalau kita ingin mengetahui kata-kata apa yang dipergunakan oleh para pembicara dan penulis terkenal dalam suatu negara, kamus kitalah yang merupakan rekaman terbaik, atau dokumen terbaik. Banyak manfaat yang dapat kita petik dari kamus. Kamus akan mengatakan secara tegas apakah sesuatu kata benar atau tidak. Dari kamus, kita dapat belajar bentuk, jenis, dan kekerabatan kata-kata.
( Membaca:prof.DR. Henry Guntur Tarigan)
 
Contoh bacaan iklan
Wisata Bahari Lamongan atau disingkat WBL, adalah tempat wisata bahari yang terletak di Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Tempat wisata ini dibuka sejak soft opening tanggal 14 November 2004. Beberapa wahana unggulan tempat wisata ini antara lain Istana Bawah Laut, Gua Insectarium, Space Shuttle, Anjungan Wali Songo, Texas City, Paus Dangdut, Tembak Ikan, Rumah Kaca, serta Istana Bajak Laut.
Obyek wisata ini berada di jalur pantura Surabaya-Tuban, serta berada di dekat sejumlah obyek wisata andalan di Jawa Timur, diantaranya Gua Maharani, Makam dan Museum Sunan Drajat, Makam Sunan Sendang Duwur, dan Tanjung Kodok Resort. Tidak jauh dari WBL, sekitar 5 km arah timur, sudah dioperasikan kawasan berikat yang dikenal dengan Lamongan Shorebase (LS). Sementara itu, sekitar 6 kilometer arah barat terdapat pelabuhan perikanan Nusantara di kecamatan Brondong dengan tempat pelelangan ikan yang sangat dikenal di Jawa Timur.

Contoh bacaan teks ilustrasi
Judul: bertanam cabai rawit dalam polybag
Penerbit: penebar swadaya, Jakarta
Setiap lapisan masyarakat Indonesia pasti kenal dengan yang namanya cabai rawit. Tanaman yang satu ini seakan menjadi keperluan pokok setiap keluarga. Jadi,pantas jika permintaan terhadap cabai rawit ini selalu ada setiap harinya. Pada saat musim hujan,cabai rawit sangat mudah dijumpai dengan harga murah. Bagaimana pada saat musim kemarau?
Pada musim kemarau cabai rawit tidak mudah diperoleh,sehingga harganya mahal.salah satu penyebab hal tersebut adalah penanaman cabai rawit di lahan pada musim kemarau menghasilkan buah yang sangat sedikit. Hal ini disebabkan akar tanaman buah tersebut sulit menembus tanah kering untuk mendapatkan air dan zat makanan.
Salah satu cara mengantisipasi keadaan tersebut adalah penanaman cabai rawit dalam polybag atau kantong plastik. Dengan cara tersebut cabai rawit segar dapat tersedia setiap saat.
Hal tersebut dipaparkan agar pembaca dapat berusaha memenuhi keperluan cabai rawit bagi rumah tangga sendiri dengan memanfaatkan pekarangan.
Contoh bacaan fiksi/kurang baku
“ Non kayaknya Non perlu nelpon Bapak. Soalnya disini uda sepi. Udah ngga ada orang nunggu,’’kata sopir Tita yang tampaknya sudah kelelahan mengangkat-angkat papan nama tersebut. Dan sepertinya Tita juga baru menyadari bahwa bandara sudah jauh sepi dibandingkan saat mereka pertama datang.
“Ya udah. Tita ke telpon umum dulu. Jangan kemana-mana ya. Kalo orangnya udah ketemu, suruh nunggu disini sampai Tita dateng,”perintah Tita.
(Eiffel I’m In Love, Rahmania Arunita)    











Bab III
Penutup
Kesimpulan
Kiat-kiat di atas hanyalah beberapa petunjuk praktis yang diharapkan dapat membantu memotivasi u kita untuk tidak lagi enggan membaca buku. Agar hasilnya lebih bagus, penguatan internalisasi akan pentingnya membaca dalam kehidupan harus dilakukan. Agar pembacaan kita lebih bermakna. Sehingga aktivitas membaca akan lebih langgeng dan bukan semata bertujuan karena kita ingin menjadi seorang penulis buku.
Apa yang kami paparkan di atas hanya akan menjadi pemanis bibir bila tidak ditindaklanjuti dengan aksi nyata. Keberhasilan memerlukan keberanian dan aksi. Jangan takut pada kegagalan. Kegagalan sebenarnya merupakan jalan terang menuju keberhasilan. Kata Ary Ginanjar Agustian dalam buku ESQ Model (Arga, 2001), kegagalan itu ibarat menggosok intan berlian. Semakin sering kita gagal, semakin sering juga kita menggosok intan. Niscaya intan berlian itu akan semakin bersinar.
Demikian pokok-pokok pembelajaran masa kini yang dapat saya sajikan. Semoga tulisan yang kami ramu dari beberapa buku dan sekelumit pengalaman pribadi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Kekurangan di sana sini tentu merupakan keniscayaan. Selamat memberdayakan membaca gaya savi.










DAFTAR PUSTAKA
Meier, Dave.2001.The AcceleratedLearning.Bandung:Kaifa
Hernowo.2003.Andaikan Buku Itu Sepotong Pizza.Bandung:Kaifa
Tarigan;henry Guntur 1979 : Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung :Angkasa
http://ahperpus.multiply.com/journal/item/28
http://www.ialf.edu/bipa/july1999/membaca.html

 

 

Membaca gaya savi


disusun oleh

kelompok vii kelas 3b

1.      Fitri firdhausi      
2.      Agusta fathullah
3.      Elok nurwahyuni
4.      Nikmatul khofsah
5.      Meike beliawati
6.      Norma yunita
7.      Sovian hardianto